Stabilitas Kelerengan
March 30, 2012 Leave a comment
Kemiringan lereng adalah sudut yang dibentuk oleh perbedaan tinggi permukaan lahan (relief), yaitu antara bidang datar tanah dengan bidang horizontal dan pada umumnya dihitung dalam persen (%) atau derajat (0). Klasifikasi kemiringan lereng menurut SK Mentan No. 837/KPTS/Um/11/1980, seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel. Klasifikasi Kemiringan Lahan dan Peruntukannya.
Hubungan antara topografi dan geologi suatu daerah sangatlah penting dalam menentukan kestabilan lereng. Jika batuan memiliki kemiringan kedudukan yang paralel dengan kelerengan, maka kemungkinan longsor lebih besar dari lereng dengan kedudukan batuan yang horizontal atau berlawanan arah terhadap kelerengan. Ketika kemiringan batuan searah dengan lereng, air mengalami perkolasi sepanjang bidang-bidang perlapisan sehingga menyebabkan menurunnya kohesivitas dan friksi antara satuan batuan yang berdampingan (lihat gambar a). Pada keadaan tertentu bila hadir lapisan batulempung, maka batuan ini dapat menjadi bidang gelincir ketika kondisinya basah. Walaupun batuan mempunyai kedudukan horizontal atau miring berlawanan dengan kelerengan, dapat saja rekahan memiliki arah yang sama dengan kelerengan. Air akan dapat bermigrasi melaluinya kemudian melapukkan dan memperbesar bukaan hingga beban berat dari lapisan diatasnya tidak sanggup lagi untuk ditahan dan terjadi longsor (lihat gambar b).
Gambar (a) Batuan dengan kedudukasn yang miring searah dengan kelerengan. (b) Rekahan miring searah dengan kelerengan.
Selain kondisi lapisan batuan yang dapat berperan sebagai bidang gelincir adalah kondisi tutupan lahan diatasnya. Kondisi vegetasi yang baik mampu mengikat satuan batuan untuk memperkecil gerakan tanah. Oleh karena itu, pada lahan yang memiliki kelerengan lebih dari 20 derajat sebaiknya dilakukan penanaman tanaman yang memiliki perakaran tunjang.